Recount text pangeran diponegoro

Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855

April 24, 2020
Merupakan perjalanan panjang bagi saya menamatkan buku Takdir karangan Peter Carey yang menceritakan kisah perjalan Pangeran Diponegoro sejak lahir hingga wafatnya, diceritakan secara akademis.

Buku ini sangat berat bagi yang belum terbiasa membaca karya akademis mengenai sejarah, sangat berbeda dengan novel sejarah yang seringkali dipenuhi bumbu bumbu pemanis yang membuat nikmat untuk dibaca.

Saya sempat menyerah untuk menamatkan buku ini, tapi sebuah buku novel fiksi sejarah lain mengenai Pangeran Diponegoro membuat saya kembali tergugah untuk menelusuri kisah Pangeran Diponegoro secara lebih akurat, yaitu melalui novel karangan Prof Peter Carey yang sangat dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

Sejarah umum yang dikenal di Indonesia seringkali bergaya novel dan dipenuhi aneka hiperbola akan segala hal, pahlawan pasti sempurna, penjahat pasti merupakan biangnya segala hal buruk. Tapi tinjauan akademis yang mumpuni dari buku ini memberikan pandangan yang sangat berbeda terhadap konsep hitam putih penjahat dan

Universiti Diponegoro

Nama lama

Universitas Semarang
MotoWiyata Hangreksa Gapuraning Nagara
(dalam bahasa Sanskrit bererti "Menjaga Martabat Bangsa")
JenisUniversiti awam
Ditubuhkan pada9 Januari
1957 (di bawah nama Universitas Semarang)
1960 (sebagai Universitas Diponegoro)
RektorProf. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si.

Staf akademik

1,761 buah (AY 2019)[1]

Staf pentadbiran

1,065 orang
Pelajar55,743 org (AY 2019)[1]
Siswazah40,249 org (AY 2019)[1]
Ijazah/Sarjana4,527 org (AY 2019)[1]

Kedoktoran

1,146 org (AY 2019)[1]
Alamat

Tembalang

,

Semarang

,

Java Tengah

,

Indonesia


7°02′56″S110°26′17″E / 7.049°S 110.438°E / -7.049; 110.438Koordinat: 7°02′56″S110°26′17″E / 7.049°S 110.438°E / -7.049; 110.438
KampusRural: Tembalang Campus
Urban: Pleburan Campus
Total 2,009,862 m2
WarnaBlue
Nama samaranUndip
PenggabunganASAIHL, AUAP,[2]ASEA-UNINET,[3] ABEST21,[4]SEAMEO

Aku Diponegoro, A Prince for All Seasons: Exhibiting a National Icon

Aku Diponegoro, A Prince for All Seasons: Exhibiting a National Icon The mnemonic landscapes of urban Indonesia betray a persistent affinity for the historical. Streets named after “pahlawan nasional” (national heroes) are replicated across cities without much concern for geo-historical specificities of these figures: a Jl Soekarno-Hatta can easily be found in any of the Javanese cities such as Jakarta, Yogyakarta and Surabaya, as well as in cities in Sumatera, Sulawesi and Papua. Similarly, variants of Jl Diponegoro – named after the Yogyakarta prince responsible for the Diponegoro War in Central Java against the VOC between the years 1825-1830 – are found not only in cities from west to east Java, but also in Manado and Makassar (Sulawesi), Medan and Aceh (Sumatera) and even Jayapura (Papua). Landmarks in various cities rely on sites dedicated to commemorate the nation’s history, or incorporated as part of national heritage: Monas towers over Jakarta, and Surabaya elevates memories of the nation’s fallen heroe

Copyright ©icythaw.pages.dev 2025